“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Review Film Babel


Film Babel untuk keperluan tugas Mata Kuliah Globalisasi & Nasionalisme, 29 April 2012

Oleh: Waidatun Hasanah
Pertama diputarkan film babel di saat saya menempuh mata kuliah globalisasi dan nasionalisme. Saya sempat bingung melihat film ini, karena tiba-tiba ada pergantian setting yang keluar dari cerita sebelumnya, tetapi dipertengahan film saya menangkap adanya hubungan antara alur cerita yang ada.film ini merupakn contoh terbaik dari teknik penyutradaraan, bagaimana seorang sutradara menyuguhkan jalan cerita, mengambil sudut pandang, pemilihan pemain dan optimalisasi adegan yang luar biasa.
            Pada konteks ini saya melihat bahwa film Babel adalah sebuah film yang digarap apik oleh sang sutradara Alejandro González Iñárritu. sang sutradara ini mencoba menggambarkaan definisi  bahwa globalisasi, mempengaruhi kehidupan antar bangsa dan negara di dunia. Ditinjau dari prespektif kebangsaan, globalisasi menimbulkan kesadaran bahwa kita merupakan warga dari suatu masyarakat global dan mengambil manfaat darinya,namun disisi lain, makin tumbuh pula dorongan untuk tumbuh lebih melestarikan dan memperkuat jati diri bangsa. Di era globalisasi, bangsa-bangsa bersatu secara mengglobal, tetapi bersamaan dengan itu muncul pula rasa kebangsaan yang berlebih - lebihan (cauvinisme) masing-masing bangsa. Hal inilah yang menyebabkan globalisasi merupakan era tekhnologi informasi, komunikasi dan transportasi. Dengan latar belakng Maroko, Amerika, Amerika Latin dan Jepang  sang sutradara berhasil mengemas film ini secara efektif.

4 Cerita ini diawali cerita yang bergulir dari daerah perbukitan Maroko yang gersang, dimana seorang ayah,memberikan senapan kepada anak-anaknya untuk melindungi mereka dari serngan serigala. Kedau anak tersebut tertantang untuk menguji senjata dari jarak 3 km, yang mengakibatkan tertembaknya Susan (Cate Blachett) perempuan Amerika dibus yang ditumpangi. Suami (diperankan oleh Brad pitt) susan sedang mencoba rekonsiliasi hidup mereka melalui liburan di Maroko.Di San Diego pembantu meksiko bernama Amelia yang mbekerja pada pasangan susan dan suami melakukan perjalanan ke Meksiko dengan anak-anak mereka untuk pernikahan putranya. Disini kita akan mendapati  pemukiman Meksiko yang penuh warna dan tradisi yang tidak pernah ditemukan oleh anak-anak asuh sang pembantu itu di san diego, sampai akhirya mereka harus pulang kembali kerumah dan mengalami konflik saat melewati daerah perbatsan Meksiko dan Amerika (san diego). Di setting yang terakhir kita bisa melihat kegigihan seorang gadis yang harus hidup ditengah hingar bingar dan kemodernisasian kota besar, jepang. Juga seorang duda yang terikat pada senapan tersebut, upaya untuk menyelesaikan urusan demi urusan yang melilit dirinya dengan kenangan istrinya yang baru saja mati dan hubungan yang tegang dengan putri remajanya .Begitu komplek tapi semua bisa tersambungkan
Ketika Globaliasi dapat diartikan sebagai proses masuknya ke ruang lingkup dunia dan Globalisasi adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara dan elemen elemennya yang terjadi akibat dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Maka berbagai keputusan dan kegiatan dibelahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai kalangan individu dan masyarakat dielahan dunia lainnya. Hal itu sangat lumrah dan lazim seiring dengan adanya tansformasi teknologi yang semkain bergerak cepat melintasi batas-batas negara.
Kekuasaan negara-negara maju ini, sudah melampaui batas-batas konvensional yang sudah tidak bisa di bendung lagi. Contohnya saja kekuasaan Negara yang mencakup seluruh wilayah yang tidak hanya berupa tanah, tetapi juga laut sekelilingnya dan juga angkasa. Perentangan antara ruang dan waktu telah menyebabkan manusia menjadi teratomisasi dan teralienasi dari dunia kehidupannya. Apalagi ditambah dengan revolusi informasi yang turut mengubah masyarakat dunia menjadi global vilagge.” Any body is connected but no one in control “ Kata Thomas Friedman menggambarkan kondisi mutakhir dunia. Begitu dengan sang futuris, Alvin Tovler, menyebut revolusi tersebut dengan “gelombang ketiga” yang juga menjadi judul bukunya yang terkenal The Third Wave. Dalam perkembangannnya, globalisasi tidak lepas dari para pengkritiknya, seperti dikemukakan oleh wartawan Britania John Llyod, bahwa banyak kelompok dalam gerakan itu “percaya bahwa globalisasi pada intinya ialah kapitalisme Barat/Amerika, sebagai kekuatan yang menindas dan memiskinkan”.
Globalisasi seakan menemukan Momennya ketika Amerika dan jepang sebagai penganut sistem globalisasi menjadi semakin maju. Akan tetapi ketika melihat kasus kasus di negara-negara miskin dan negaranegara dunia ketiga lainnya di Afrika, justru globalisasi seakan menjadi proses pemiskinan dan menjadi mesin uang bagi negara-negara kapitalis.
Dengan menonton film ini kita bisa melihat bahwa bahwa sebenrnya kita juga masuk dan terkena dalam pusaran globalisasi. Karena dengan mudahnya sang sutradara mencoba mentransformasikan kehidupan di negara-negara lain kepada kita. Semoga nantinya orang –orang perfilmnan indonesai mampu menyajikan film yang mampu menandingi film Babel ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. 
Pesan yang saya tangkap dari film itu adalah bahwa globalisasi tidak mampu menjawab semua permasalahan yang ada didunia, karena semakin negara itu menganut sistem global maka ada nilai nilai khas budaya dari negara negara yang menganut sistem itu menjadi semakin hilang, dan mengacu pada orientasi ekonomi yaitu kapitalisme, dimana negara itu semakin maju dan globalis maka mereka hanya akan selalu berlomba-lomba unutk mengejar materi tanpa mengindahkan rasa kemanusian yang harusnya tetap dipertahankan. Sehingga nilai niali yang dianggap mulia seperti empati, kejujuran, siloditas dan solidaritas mereka semakin tidak kenal.

1 komentar:

  1. dan situasi yg digambarkan ttg globalisasi tsb, tetap relevan hingga kini..

    BalasHapus