Oleh; Haryo Prasodjo (09260012), Imam Akbarsyah (201010360311122), Alim Aditya
Nugroho (201010360311140)
Pendahuluan
Dalam sistem
demokrasi, pers merupakan salah satu dari pilar demokrasi. Pers sendiri dapat
kita artikan sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melakukan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan mengolah
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan maupun gambar dalam
segala jenis media. Dalam artian sempit pers biasa diartikan hanya sebatas
media seperti koran dan majalah. Dengan demikian kebebasan pers merupakan salah
satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Di negara penggagas demokrasi, Amerika. Para pendiri negara Amerika meletakkan
kebebasan pers sebagai hak dasar ketika mereka menyusun amandemen pertama
terhadap Konstitusi Amerika Serikat
Dalam perkembangannya
pers tidak lagi hanya sebatas menjadi alat media untuk memberikan informasi
kepada masyarakat atau sebagai alat negara untuk mengontrol masyarakatnya
seperti yang terjadi negara-negara komunis. Di negara yang menganut sistem
demokrasi seperti Amerika, pers telah menjelma menjadi sebuah perusahaan media
raksasa yang tidak hanya menghasilkan keuntungan semata, namun juga sebagai
alat baik untuk propaganda maupun sebagai alat untuk menyebarluaskan
nilai-nilai demokrasi yang dianut oleh Amerika.
Pada era
globalisasi seperti saat ini, kekuatan sebuah negara tidak lagi diukur dengan
kekuatan militer ataupun kekuatan ekonominya, negara dapat dikatakan kuat
apabila negara tersebut menguasai informasi yang ada. Dengan kata lain barang
siapa menguasai informasi maka telah mengusai dunia. Informasi itu sendiri
memiliki banyak cakupan, karena dengan demikian sebuah negara sudah dapat
dipastikan mampu untuk mengukur kekuatan lawannya. Salah satu cakupan dari
menguasai informasi tersebut adalah dengan menguasai pers yang ada baik dalam
sebuah negara ataupun sebuah kawasan regional atau bahkan dunia.
Media atau
pers di Amerika telah menjadi suatu bentuk kekuasaan yang baru yang bahkan
sanggup mengendalikan alur roda pemerintahan negeri tersebut. Agaknya
pernyataan Foucault bahwa pengetahuan merupakan bagian dari kekuasaan begitu
menemukan kebenarannya pada realita media di Amerika. Sebagai salah satu alat
untuk membentuk pengetahuan publik, media sangatlah efektif efeknya pada
pemerintahan Amerika. Fakta bahwa selain opini publik terbentuk salah satunya
oleh kuasa media membuat pemerintah Amerika berusaha mengendalikan media di
atas prinsip kebebasan persnya atau yang akan terjadi adalah sebaliknya,
pemerintahlah yang dikendalikan media. Media adalah salah satu alat kekuasaan
yang sulit dikontrol oleh pemerintah dari negara apapaun kecuali jika ada
larangan kebebasn pers pada negara tersebut.
Yang harus
kita ketahui adalah bahwa kebebasan media pun memiliki akibat yang baik bagi
sehatnya pemerintahan sebuah negara memang benar. Dengan semakin berkembangnya
tekhnologi informasi saat ini semakin memungkinkan kemudahan masyarakat
mengakses berbagai macam informasi yang baru saja terjadi. Maka dalam hal ini
berita dibuat untuk membuat sebuah opini publik terkait isu tersebut yang pada
akhirnya memilki tujuan tertentu.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah
Amerika Srikat menggunakanan pers sebagai alat untuk menyebarluaskan nilai
demokrasi?
Teoritisasi
Teori Pers Libertarian
Dalam hal ini penulis menggunakan salah satu teori
pers, yaitu teori pers Libertarian yang mana teori ini juga berkembang di
Negara Amerika Serikat. Teori ini muncul dari tulisan-tulisan
Locke, Milton dan Mill, dan filsafat umum tentang rasionalisme dan hak-hak
asasi. Pers
disini bukan merupakan alat pemerintah, tetapi pers dalam teori libertarian ini
merupakan alat untuk mencari kebenaran atau bukti serta mengumpulkan berbagai
argument yang berguna sebagai landasan bagi masyarakat banyak tentunya, agar
peran pemerintahan juga bisa diawasi serta masyarakat dapat mengambil sikap
dari kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya. Berbicara kebebasan pers,
memang kita bisa menunjuk Amerika Serikat sebagai negara yang menerapkan sistim
pers bebas. Alasanya, Amerika Serikat telah membuat aturan yang menjamin
kebebasan berbicara atau kebebasan pers. Dalam Amandemen Pertama Konstitusi
menyebutkan ”Kongres tidak boleh membuat undang-undang yang akan mengurangi
kebebasan berbicara atau pers”.Pers dalam teori ini sudah seharusnya bebas dari
pengawasan serta pengaruh pemerintah, karena dengan begitu kebenaran akan
muncul serta peran masyarakat disini juga bisa memberikan suara saran serta
pendapat dan keinginan mereka. Dengan begitu suara semua masyarakat baik
minoritas ataupun mayoritas, yang lemah maupun kuat bisa menggunakan pers dan
memang sudah seharusnya dapat menggunakan pers. Jadi media massa dianggap
sebagai alat untuk mengawasi pemerintah dan tentunya sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan – kebutuhan masyarakat lainnya. Pers bebas menjamin semua
orang untuk berpendapat, tanpa harus merasa khawatir adanya sensor. Dengan pers
bebas, maka akan terjadi dialektika (pertukaran opini) dalam masyarakat.
Masyarakat tidak hanya dicecoki dengan opini kelompok dominan.
Pembahasan
Para ahli mengatakan,
pers bebas merupakan indikator negara demokratis. Negara demokratis merupakan
impian banyak orang. Sehingga banyak orang pula yang menghendaki sistim pers
bebas (liberal) diterapkan di negaranya. Tidak terkecuali di Indonesia, semua
menghendaki sistim pers bebas. Alasannya, sederhana sekali. Dengan pers bebas
aparatur negara dapat dikontrol melalui media massa. Pers bebas menjamin semua
orang untuk berpendapat, tanpa harus merasa khawatir adanya sensor. Dengan pers
bebas, maka akan terjadi dialektika (pertukaran opini) dalam masyarakat.
Masyarakat tidak hanya dicecoki dengan opini kelompok dominan
Dalam
pembahasan ini penulis menggunakan teori pers yang berkaitan dengan libertarian
dimana salah satu cirinya adalah, adanya kebebasan pers dalam suatu negara yang
mana negara tidak boleh ikut campur ataupun mengendalikan pers tersebut. Hal
yang demikian terjadi pula di Amerika Srikat dimana media ataupun pers di
Amerika Srikat telah menjadi kekuatan baru yang patut diperhitungkan. Pers di
Amerika Srikat sendiri lebih seperti sebuah pedang dengan dua mata pisau yang
memiliki dua sisi yang berbeda. sebagai contoh adalah kasus Watergate Presiden
Nixon yang membuatnya mengundurkan diri, lalu skandal antara Bill Clinton dan
Monica Lewinsky yang pada akhirnya menjadi pemicu buruknya citra presiden
tersebut di mata Amerika dan dunia, dan yang terakhir adalah foto-foto
mengenaskan tentang keaadaan tawanan perang Irak yang menyebabkan semakin
banyak penduduk amerika yang kontra atau menentang perang tersebut. Semua
menjadi bukti betapa besar pengaruh media di Amerika, entah itu berefek baik
atau buruk pada pemerintahannya.
Namun disisi
lain pers justru telah menjadi bagian dari kaki tangan pemerintahan Amerika
Srikat meskipun negara tersebut terkenal dengan demokrasinya masih ada pula
kekangan negara bagi persnya hal inidapat dilihat dari kebijakan negara yang
menyerukan bahwa pers haruslah sejalan dengan program ataupun tujuan pemerintah
Amerika Srikat. Khususnya mengenai kebijakan-kebijakan politik negara, pers di
Amerika harus memberitakan informasi-informasi yang sejalan dengan kebijakan
politik pemerintah, khususnya kebijakan-kebijakan politik luar negeri Amerika.
Sekarang ini pemerintah Amerika telah menjadikan pers sebagai alat propaganda
absolut, melalui pers, Gedung Putih melakukan perang opini kepada masyarakat
dunia. Disamping itu Amerika terlalu jauh campur tangan terhadap kedaulatan
negara lain, dengan mengusung dogma demokrasi, negara-negara lain kerap dipaksa
untuk menerapkan sistem tersebut dalam kehidupan bernegaranya.
Terdapat
beberapa peristiwa sebagai contoh bagaimana pers sangat berperan dalam
propaganda penyebaran nilai demokrasi Amerika Srikat adalah Tahun 1991
misalnya, Barat melalui skenario konspirasi global mengacaukan pemilu di
Aljazair yang waktu itu dimenangkan oleh Partai FIS (Islamic Salvation Front),
dengan alasan adanya kecurangan maka pemilu dianulir dan diadakan pemilu
kembali.[1]
Namun lagi-lagi FIS memenangkan suara, hal ini tentu membuat Barat mati
langkah, maka dibuatlah skenario untuk membenturkan pemerintah Aljazair melalui
junta militernya dengan FIS. Hasilnya, tak kurang 5000 orang pendukung FIS
dibantai habis oleh junta militer Aljazair tersebut.
Di Turki,
pimpinan Partai Refah, Najmuddin Erbakan, secara licik digulingkan dari kursi
Perdana Menteri yang hanya dinikmatinya selama enam bulan saja karena dia
dituduh membahayakan sekulerisme yang menjadi idiologi bagi negara setengah
asia setengah eropa itu.[2]
Afganistan, hanya dengan hitungan minggu pemerintahan Taliban digulingkan
Amerika lantas diganti dengan pemerintahan demokrasi ala paman sam. Irak,
sebuah negara yang dipimpin oleh seorang diktator coba untuk dipaksakan menjadi
sebuah negara demokratis modern di tengah sistem monarki timur tengah. Dan yang
terakhir adalah dua negara Timur Tengah lainnya yaitu Libya dan Mesir serta
Libya yang masih menjadi polemik.
Penutup
DI
Amerika Srikat pers tidak hanya sekedar merupakan salah satu pilar dari
demokrasi. Pers telah berkembang menjadi sebuah raksasa industrialisasi dari
berbagai macam informasi yang juga memiliki fungsi untuk membangun sebuah opini
dalam masyarakat. Meskipun kebebasan pers di Amerika Srikat tidak dikekang oleh
negara namun dibeberapa sisi, justru negara juga memiliki peran ataupun
kepentingan dalam sebuah siaran pers. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
macam peristiwa yang telah terjadi belakangan ini khususnya Arab Spring, dimana AS berusaha
menggulingkan sistem pemerintahan yang dinilainya otoritarian serta tidak
sejalur dengan agenda perpolitikan pemerintahan gedung putih.
Daftar Pustaka
Artikel
Buku
Armada,
Wina. 1993. Menggugat Kebebasan Pers. Jakarta: Sinar Harapan
Chesney,
Robert. 1998. Konglomerasi Media Massa dan Ancaman terhadap Demokrasi. Jakarta:
Aliansi Jurnalis Indonesia
Situs
Internet
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Intervensi-Pemerintah-Terhadap-Kebebasan-Pers-dan-Munculnya-Eufimisme-Moch.-Syahri.pdf
http://salam-online.com/2012/08/pm-erdogan-berjuang-mengembalikan-turki-ke-naungan-islam-dan-ingin-syahid-di-jalan-allah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar