GANAR TIMUR, HEDY WULAN (09260126), MEGGY RESJITO P (09260122), HARYO PRASODJO (09260012), AGHNAITA FIREDAYANTI (09260009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Afrika
Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah
menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu. Penjelajah Belanda
yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada
1652. Pada saat itu
Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuan cadangan berlian
yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang
Britania-Belanda dan dua Perang Boer.
Pada 1910, empat republik utama digabung di bawah Kesatuan
Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania
sepenuhnya.
Walaupun
negara ini berada di bawah jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa
dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an,
saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai
Nasional (NP) memperoleh mayoritas di parlemen.
Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasar apartheid
(sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika
Selatan) yang disahkan pada tahun 1948, dengan mengawal sistem ekonomi dan
sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Namun
demikian pemerintahan Britania kerap kali menggagalkan usaha apartheid yang
menyeluruh di Afrika Selatan.
Pada tahun
1961, setelah pemilu
khusus kaum kulit putih, Afrika Selatan dideklarasikan sebagai sebuah republik.
Bermula pada 1960-an, 'Grand Apartheid' (apartheid besar) dilaksanakan, politik
ini menekankan pengasingan wilayah dan kezaliman pihak polisi.
Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. Pada
Februari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari
berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC), pemerintahan
Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk
menarik balik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai
politik berhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson
Mandela dari penjara. Undang-undang apartheid mulai dihapus secara
perlahan-lahan dan pemilu
tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraih
kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden kulit
hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada di tangan
kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.
Sewaktu Nelson
Mandela menjadi presiden negara ini selama 5 tahun, pemerintahannya
telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya dalam isu-isu yang
telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang ditangani oleh pemerintahan
pimpinan ANC
adalah seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan
dan pangan.
Pemerintahan Mandela juga mula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada
ekonomi global setelah beberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid.
Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga
membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and
Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu.
Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar
masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
Presiden Mandela
menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian di tahap nasional, dan
mencoba untuk membina suatu jati diri untuk Afrika Selatan dalam masyarakat
majemuk yang terpisah oleh konflik yang berlarut-larut selama beberapa
dasawarsa. Kemampuan Mandela dalam mencapai objektifnya jelas terbukti karena
selepas 1994 negara ini telah bebas dari konflik politik. Nelson Mandela
meletakkan jabatannya sebagai presiden partai ANC pada Desember 1997, untuk memberi
kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu Thabo Mbeki.
Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas memenangi pemilu nasional
pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua pertiga mayoritas di parlemen.
Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus pemerintahan dari pendamaian ke
perubahan, terutama dari segi ekonomi negara.
1.1.1.
Rumusan
Masalah
Melihat
dari latar belakang di atas maka adapun ru,usan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang di maksud dengan xenophobia?
2. Bagaimanakah
keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan sesudah politik apartheid?
3. Bagaimana
resolusi yang dilakukan dalam menangani politik apartheid tersebut?
1.1.2.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalh ini adalalah:
1. Mengetahui
apa yang di maksud dengan xenophobia.
2. Mengetahui
keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan setelah politik apartheid.
3. Mengetahui
langkah-langkah yang dilakukan dalam menanggulangi politik apartheid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Apa yang di maksud dengan
xenophobia?
Pengertian
Xhenophobia Rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian
terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda.
Xhenophobia berasal dari Yunani ξένος kata (xenos), artinya
"orang asing",dan φόβος ( Phobos), yang berarti "rasa
takut." Xenofobia dapat memanifestasikan dirinya dalam banyak hal yang
melibatkan hubungan dan persepsi dari ingroup menuju outgroup , termasuk takut kehilangan
identitas, agresi.[1]Definisi
klinis adalah Sebuah ketakutan irasional terhadap anggota ras tertentu asing
untuk sendiri, sering tambahan dan sekunder untuk gangguan stress pasca trauma.
Dalam berbagai konteks, istilah "xenophobia" dan "rasisme"
tampaknya akan digunakan secara bergantian, meskipun mereka dapat memiliki arti
yang sepenuhnya berbeda (xenofobia dapat didasarkan pada berbagai aspek,
rasisme yang hanya berdasarkan ras , etnis , dan keturunan ). Xenofobia juga dapat diarahkan hanya untuk orang
di luar budaya , belum tentu satu ras tertentu atau orang. [2]
Dua Bentuk Xenophobia
Pertama adalah kelompok populasi saat
ini dalam masyarakat yang tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat
tersebut. Seringkali mereka adalah imigran , tetapi xenofobia mungkin diarahkan terhadap kelompok
yang telah hadir selama berabad-abad, atau menjadi bagian dari masyarakat ini
melalui penaklukan dan ekspansi wilayah. Bentuk xenofobia dapat menimbulkan
atau memfasilitasi reaksi bermusuhan dan kekerasan, seperti pengusiran massa
imigran, pogrom atau dalam kasus lain, genosida .
Kedua adalah budaya, dan obyek-obyek
fobia adalah elemen-elemen budaya yang dianggap asing. Semua budaya tunduk pada
pengaruh luar, tapi budaya xenofobia sering sempit diarahkan, misalnya, pada
asing kata-kata pinjaman dalam bahasa nasional. Ini
jarang menyebabkan agresi terhadap orang-orang individu, tetapi dapat
mengakibatkan kampanye politik untuk pemurnian budaya atau linguistik. Selain
itu, masyarakat seluruh xenophobia cenderung tidak terbuka untuk interaksi dari
apa pun "di luar" diri mereka sendiri, sehingga isolasionisme yang dapat memajukan xenofobia.[3]
Penyebab
Xhenophobia [4]
berikut ini adalah penyebab xhenophobia :
ü Tingkat
emosi yang buruk (mudah emosi)
ü pengalaman
dengan kelompok lain atau kelompok populis tertentu atau orang2 asing.
ü rasional,
atau alasan analitis
ü klasik pengkondisian (ketika seseorang
dikondisikan untuk memiliki rasa takut) cara untuk menanamkan akan dehumanisasi , kebanyakan oleh propaganda , misalnya: anggota kelompok yang
berisi video yang ditampilkan terdistorsi, keliru, dan proporsional fase
dari horor terdengar.
ü norma-norma sosial suatu bangsa.
2.2. Bagaimanakah
keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan sesudah politik apartheid?
Afrika Selatan Sebelum dan Sesudah
Apartheid
Afrika
Selatan Sebelum Apartheid
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua
Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuksuku Khoi, Bushmen, Xhosadan Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Pada saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini,
terutama setelah penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer. Pada 1910,empat republik utama digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania
sepenuhnya.Walaupun negara ini berada di bawah jajahan Britania, mereka
terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut
hingga tahun 1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah
menciptakan dasar apartheid (yang
disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial
negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Namun demikian pemerintahan
Britania kerap kali menggagalkan usaha apartheid yang menyeluruh di Afrika
Selatan.
Afsel Sesudah Apartheid
Apartheid
berakhir pada Februari tahun 1990 akibat dorongan dari bangsa lain dan
tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres
Nasional Afrika (ANC),
pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap Kongres
Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan
membebaskan Nelson Mandeladari penjara.
Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa
diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraih
kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai
Presiden kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah
berada di tangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam
kemiskinan. Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5
tahun, pemerintahannyatelah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya
dalam isu-isu yang telah diabaikansemasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang
ditanganioleh pemerintahan pimpinan ANC adalah
seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela juga mula
memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelah beberapa
tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalam usaha
mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang
dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan
untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar
masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
2.3.
Bagaimana resolusi yang
dilakukan dalam menangani politik apartheid tersebut?
Dengan adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka
mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika
Native National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk
mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African
National (SANC) pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African
National Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika
Selatan diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh
orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional. Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan
mengeluarkan National Land Act yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli
tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap
bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang
peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami
kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan
tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial and
Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas keanggotaannya
dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang
kulit putih melancarkan suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi
pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa
kekerasan yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang
menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan
dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956
sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan
menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya
mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC kehilangan pemimpin-pemimpinnya,
sejumlah anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress
(PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah.
Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh polisi di
Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa itu.
Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di
kalangan orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan
Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka
ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam
mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase
terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin
Bantustan mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan
mengutuk diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM
Vorster. Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan
wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu
konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan
mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara. Tekanan-tekanan semakin
meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan demontrasi
protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota orang kulit
hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan lebih seribu
orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black Consciousness
dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika
Selatan agar mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar
persamaan dan melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi
rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau
kepada semua negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer
kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak
acuh pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua
negara agar menggunakan embargo senjata. Sehubungan dengan jatuhnya banyak
korban ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran
yang menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK
mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid
adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta
mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
Negara-negara Barat yang menyatakan menjunjung tinggi persamaan hak dan
kewajiban martabat semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial dan politik
Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu karena
mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi anti
Apartheid.
Kepentingan
negara-negara Barat terhadap Afrika Selatan antara lain sebagai berikut :
- Afrika Selatan merupakan salah satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dan kehidupan negara-negara tersebut.
- Letak geografis Afrika Selatan mempunyai arti penting bagi strategi global negara-negara Barat, khususnya USA.
- Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran Tanjung Harapan yang merupakan urat nadi mereka.
- Suplai minyak dan bahan-bahan mentah vital diangkut lewat jalur tersebut.
Kemenangan Mandela, Nelson Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa perubahan besar bagi negeri itu.
Nama
Nelson Mandela mulai menanjak ketika ia terpilih menjadi Sekjen ANC (African
National Congress) pada tahun 1948 dan pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga
Pemuda. Sejak itu Mandela lebih banyak memainkan peranannya secara rahasia.
Pada tahun 1961 sebagai Sekretariss Jenderal ANC, Mandela mengomandokan
pemogokan selama tiga hari 29 – 31 Mei 1961. seruan pemogokan itu ditanggapi
oleh pemerintah Apartheid sebagai suatu pelanggaran serius. Pada bulan Desember
1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan negara secara
ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak beberapa lama
tokoh-tokoh ANC lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat itu disita pula
sejumlah dokumen rahasia, menyangkut ANC dan Tombak Bangsa. Mereka yang
ditangkap yaitu Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, Ahmed Akthrada,
Dennis Golberg dan Lionel Bernstein.
Mandela bersama-sama dengan keenam rekannya diperiksa dengan tuduhan
melakukan sabotase bersengkongkol untuk menumbangkan pemerintah dan membantu
unsur asing menyerang Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan hukuman
seumur hidup pada tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di
Pulai Roben Cape Town. Pada tahun 1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara
Pollsmor juga masih daerah Cape Town.
Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di
Afrikan Selatan sendiri maupun di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye
pembebasan Mandela semakin berkobar sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988
ulang tahun ke-70 Nelson Mandela dirayakan oleh bangsa kulit hitam Afrika
Selatan dengan menggelar konser musik selama 120 jam non stop dan disiarkan
ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin banyak negara
yang menekan pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara politik maupun
ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik
paling populer di dunia. Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989
Botha bertemu dengan presiden F.W. de Klerk pengganti Botha. Dari
pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari 1990, de Klerk mengumumkan di depan
parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut larangan bagi ANC, Partai Komunis
Afrika Selatan (SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC) menyusul diakhirinya
politik Apartheid. Pada kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan bahwa
Mandela akan segera dibebaskan. Pembebasan tokoh kharismatik Afrika Selatan ini
kemudian dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990
dari penjara Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik
perhatian dunia dan disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar
negeri.
Perjuangan Nelson Mandela memakan waktu yang cukup lama,
Upaya – upaya mandela mulai menampakkan hasil yang menggembirakan ketika F.W de
Klerk memberikan kebebasan pada warga kulit hitam pada tanggal 21 Februari
1991, Presiden de Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan eksistensi
politik apartheid, yaitu:
1.
Land Act : UU yang
melarang orang kulit hitam mempunyai tanah diluar wilayah tempat tinggal yang
ditentukan.
2.
Group Areas Act: UU
yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang – orang kulit putih dan kulit
hitam.
3.
Population
Registration Act: UU mewajibkan orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri
menurut kelompok suku masing masing.
Penghapusan UU tersebut di ikuti dengan janji pemerintahan de Klerk untuk
menyelenggarakna pemilu tanpa pembatasan rasial. Pada pemilu Multirasial tahun
1994 , partai yang dipimpin oleh Mandela yaitu ANC, berhasil menjadi pemenang.
Pada tanggal 9Mei 1994 Mandela dipilih oleh Majelis Nasional sebagai Presiden
Afrika Selatan sebagai presiden pertama di Afrika Selatan yang berkulit hitam.
Pada tanggal 10 Mei 1994 Mandela dilantik sebagai presiden dalam upacara megah
di Union Building, Pretonia. Sejak dihapusnya Apartheid, Afrika Selatan mulai
membangun negerinya agar sederajat dengan Negara lain di dunia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian
Xhenophobia Rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian
terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda.
Xhenophobia berasal dari Yunani ξένος kata (xenos), artinya
"orang asing",dan φόβος ( Phobos), yang berarti "rasa
takut." Xenofobia dapat memanifestasikan dirinya dalam banyak hal yang
melibatkan hubungan dan persepsi dari ingroup menuju outgroup , termasuk takut kehilangan
identitas, agresi.[5]Definisi
klinis adalah Sebuah ketakutan irasional terhadap anggota ras tertentu asing
untuk sendiri, sering tambahan dan sekunder untuk gangguan stress pasca trauma.
Sebelum apharteid
Afrika Selatan pernah dijajah oleh Britania, hal ini di karenakan Britania
melihat adanya cadangan berlian yang besar di tanah Afrika Selatan. Pada saat
itulah politik apartheid diberlakukan, namun pada tahun 1990 atas desakan dunia
internasional dan dorongan dalam negri yang kuat politik apartheid dihapuskan
dan Nelson Mandela dikeluarkan dari penjara. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk
menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan
untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar
masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
[1]mean of xhenophobia dalam
http://translate.googleusercontent.com ( diakses 23 Mey 2012)
[3] Bentuk xhenophobia, dalam http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&prev=/search%3Fq%3Dxhenophobia%2Barti%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DwRt%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26prmd%3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&twu=1&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Pogroms&usg=ALkJrhi2_qxv4Yve7dNgXNqH45LDRIlcsA ( 23 mey 2012)
[5] Ibid mean of xhenophobia dalam
http://translate.googleusercontent.com ( diakses 23 Mey 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar