Oleh: Haryo Prasodjo (09260012)[1]
Latar Belakang Masalah
India
dan Pakistan merupakan dua negara yang selalu di rundung konflik laten antara
keduanya. Hubungan kedua negara besar yaitu India-Pakistan selalu mengalami
pasang surut. Dimana hubungan kedua negara besar Asia Selatan tersebut sering
diwarnai dengan ketegangan konflik. Konflik komunal antara Islam dan Hindu
tidak dapat diredam oleh para pemimpin agama, sehingga perbedaan komunal
tersebut menjadi kesulitan tersendiri dalam menuju kesatuan negara bangsa.
Pakistan sendiri memperoleh kemerdekaan dari Imprealisme Inggris pada tanggal
14 Agustus 1947 dan menyusul kemerdekaan India pada tanggal 15 Agustus 1947[2].
Dan pada tahun 1956 dibawah komando Mohammad Ali Jinnah, pakistan resmi
mengadopsi konstitusi baru yaitu Republik Islam Pakistan[3].
Ketegangan
antara India-Pakistan telah dimulai sejak tahun 1947 dimana waktu itu India dan
Pakistan terlibat dalam perang perbatasan memperebutkan wilayah Khasmir.
Pengklaiman sepihak, baik oleh India maupun Pakistan sendiri atas wilayah
Khasmir sering menjadi awal perseteruan kedua negara tersebut. Pakistan menilai
terdapat mayoritas muslim yang menempati wilayah yang diklaim sebagai teritori
India. Sedangkan India mengklaim seluruh wilayah Khasmir merupakan wilayah
teritori India.
Perselisihan
atas pengklaiman wilayah Khasmirpun semakin membesar, yang semula masalah
wilayah berkembang menjadi konflik agama dan aliran. Hingga perang pertama
tersebut berakhir ditahun 1948 ketegangan antara India-Pakistan belum
sepenuhnya berakhir. Khasmir sendiri merupakan wilayah abu-abu yang diklaim
oleh tiga negara, yaitu India, Pakistan, dan juga China. Namun konflik Khasmir
sendiri lebih sering diwarnai dengan perseteruan antara India-Pakistan.
Perang
antara India-Pakistan kembali terjadi pada tahun 1965, yang mana perang ini
dilatarbelakangi oleh masalah yang sama yaitu perebutan wilayah Khasmir. Perang
ini akibat upaya penyusupan pasukan Pakistan yang saat itu melakkan operasi
Giblatar memasuki wilayah Jammu dan Khasmir yang dikuasai oleh India. Upaya
penyusupan ini dilakukan untuk membuat pemberontakan dari dalam, namun upaya
Pakistan tersebut dapat digagalkan oleh India. Perang tersebut berlangsung
selama 22 hari dan berhenti dengan genjatan senjata antara India-Pakistan
akibat desakan PBB[4].
Dan
perang India-Pakistan kembali meletus untuk yang ketiga kalinya pada tanggal 3
Desember hingga 16 Desember 1971 dengan kekalahan dipihak Pakistan. Perang ini
terjadi akibat Pakistan mencurigai adanya campur tangan India dalam urusan
dalam negri Pakistan Timur. Dalam perang
1971 tersebut Pakistan Timur berhasilkan melepaskan diri dari Pakistan Barat
yang kemudian berdiri menjadi negara Bangladesh[5].
Ditahun
1999 antara India-Pakistan hampir terjadi perang terbuka. Perang terjadi pada
bulan Mei 1999, yang mana tentara pakistan dibantu dengan pemberontak Khasmir
yang menyerang beberapa pos milik India di Kargil karena tidak puas dengan
pemerintahan India. Perang ini dikenal juga dengan sebutan perang Kargil,
karena tekanan dunia internasional perang ini berakhir pada bulan Juli 1999.
Banyak para ahli menyebutkan jika sampai terjadi perang terbuka antara
India-Pakistan maka akan menjadi perang paling dahsyat, melihat kedua negara
tersebut memiliki kekuatan persenjataan nuklir[6].
Selain
akibat faktor sejarah dan perbedaan ideologi antara India-Pakistan, konflik
keduanya juga mendapat intervensi asing. Pada saat terjadi perang dingin dua
negara adidaya Amerika Srikat dan Uni soviet juga turut mengambil peran dalam
mewarnai ketegangan hubungan antara India dan Pakistan. Tidak hanya itu kedua
negara super power tersebut juga ikut membantu dalam memberi pasokan
persenjataan.
Konsep Kepentingan Nasional (Nasional Intrest)
Tujuan
mendasar serta faktor yang paling menentukan bagi para pembuat keputusan dalam
merumuskan dalam politik luar negeri adalah inti dari kepentingan nasional.
Kepentingan nasional dapat juga diartikan sebagai kepentingan Negara untuk
melindungi territorial dan kedaulatan Negaranya. Jika menggunakan pendekatan
realisme akan kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kepentingan Negara
sebagai unitary aktor yang penekanannya pada peningkatan national power
(kekuasaan nasional) untuk mempertahankan keamanan nasional dan survival dari
Negara tersebut (Jemadu, 2008: 67-68)[7].
Kepentingan
Nasional (National Interest) dapat diartikan sebagai tujuan-tujuan
yang ingin dicapai terkait dengan kebutuhan sebuah bangsa/negara atau terkait
dengan beberapa hal yang dicita-citakan sebuah negara/bangsa. Dalam hal
ini kepentingan nasional yang relatif sama dan tetap diinginkan oleh sebuah
bangsa/negara ada dua hal. Yang pertama
kepentingan nasional dalam bentuk keamanan (Security). Dan yang
kedua adalah kepentingan nasional dalam bentuk kesejahteraan (Prosperity).
Kepentingan nasional (nasional intrest) sering diidentikkan dengan dengan
“tujuan nasional”.
Menurut Nincic
membuat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan
nasional. Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya
menjadi prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan
tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan
nasional haruslah bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau
lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan
(Nincic,1992: 157). Seperti contoh adalah pembangunan ekonomi guna
peningkatan kesejhateraan rakyatnya, serta wilayah teritorial guna menjaga
sumber daya alam yang ada diwilayah suatu negara.
Kepentingan
nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil
keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan
dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar
negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional
dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau
ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”.
Menurut Morgenthau :
”Kepentingan
nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan
identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan
ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain
yang sifatnya kerjasama atau konflik”[8].
Pembahasan
Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan
perilaku luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan
nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power dimana power adalah
segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu
negara terhadap negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini dapat
melalui teknik paksaan, atau kerjasama (cooperation).
karena itu, kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana
dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup dalam
politik internasional.
Pada dasarnya kepentingan nasional sendiri merupakan tujuan
negara untuk dapat mencapai atau menguasai power.
Power disini dapat kita artikan
sebagai bermacam-macam definisi, seperti keamanan baik itu fisik seperti
terorisme, pemberontakan, maupun kemanan non fisik seperti kerusakan
lingkungan, perdagangan manusia dan obat-obat terlarang.
Dalam kasus Khasmir kita akan melihat bagaimana cara masing-masing negara baik
India maupun Pakistan mempertahankan kepentingan nasionalnya diwilayah
tersebut. Yang mana usaha mempertahankan kepentingan nasionalya tersebut sering
dilakukan dengan tekhnik paksaan dalam bentuk perang terbuka.
Dalam
kepentingan nasional India, Khasmir merupakan wilayah yang memiliki nilai
geopolitik dan geostrategis, dimana wilayah Khasmir sendiri merupakan wilayah
pegunugnan yang memisahkan wilayah India dengan China. Di wilayah ini
terbentang alam pegunugnan yang mana meruopakan benteng alam yang dapat
mencegah serangan dari China. Dengan dikuasainya Khasmir akan memungkinkan bagi
India utuk memiliki akses yang strategis ke wilayah barat daya. Selain itu
Khasmir juga merupakan tempat bertemunya dengan negara-negara tetangganya
seperti China, Rusia, dan Afghanistan. Selain itu Khasmir bagi India adalah
lambang dari persatuan nasionalisme, demokrasi, multi etnis dan sekuler. Dan
lepasnya Khasmir dapat berdampak pada disintegrasi wilayah federalisme India
lainnya. Dengan bergabungnya Khasmir ke India melambangkan sebuah kesatuan
masyarakat khususnya masyarakat minoritas yang ada diKhasmir sendiri.
Lain
halnya dengan India Khasmir bagi Pakistan sendiri memiliki nilai ekonomi yang
luar biasa besarnya pengaruhnya bagi stabilitas perekonomian negaranya
mengingat semua sungai yang berada dikawasan Khasmir mengalir menuju sungai-sungai
yang berada di Pakistan, serta pusat jarignan kanal Pakistanpun berada di
Khasmir. Ada tiga sngai di Pakistan yang hulunya berada di Khasmir seperti
sungai Indus, Jhelem, dan sungai Chemab. Ketiga sungai tersebut mengalir dari
Khasmir ke Pakistan. Dan ada dua sungai lainnya yaitu Sutley dan Ravi yang
berhulu di India. Dengan demikian pertanian dan perkebunan di Pakistan tergantung
dari ada atau tidaknya pasokan air yang mengalir ke negaranya. Karena jika
sumber air tersebut (Khasmir) berada ditangan negara maka nasib 19 juta hektgar
are tanah pertanian di Pakistan dapat terancam “the economic life of Pakistan depended
upon the control of these rivers” [9].
Faktor-faktor seperti inilah yang membuat Pakistan tidak pernah padam untuk
dapat menguasai Khasmir melalui beragai cara.
Dengan
mengunakan konsep kepentignan nasional kita dapat melihat apa yang sebenarnya
terjadi di balik perseteruan antara India dan Pakistan mengenai perebutan
wilayah Khasmir. Isu-isu etnis minoritas serta prinsip ideologi keberagamaan
hanya dijadikan sebagai alat tunggangan yang dijadikan untuk mencapai
kepentignan nasional. Hal ini dapat dibuktikan dari kehidupan masyarakat
Khasmir yang damai dimana masyarakat Hindu dan Islam dapat hidup berdampingan
saat masa imprealisme Inggris. Namun saat Inggris meninggalkan India dan
Pakistan, konflik perebutan wilayahpun terjadi.
Baik
India maupun Pakistan memiliki kepentingan
nasional diwilayah Khasmir, baik kepentingan yang berupa keamanan bagi
negaranya maupun keuntungan ekonomis yang mana kesemuanya merupakan sektor
vital bagi masing-masing negara.
Penutup (kesimpulan)
Pada
hakikatnya konflik yang terjadi di Khasmir antara India dan Pakistan bukanlah
konflik antar agama ataupun komunal semata. Lebih dari itu konflik yang terjadi
di Khasmir, lebih menitik beratkan pada kepentingan dua negara antara India dan
Pakistan dalam mempertahankan kedaulatan masing-masing negara. Hal ini terbukti
bahwa saat masih menjadi satu wilayah kolonial Inggris, tidak pernah terjadi
konflik diwilayah Khasmir, bahkan bukti sejarah menunjukkan masyarakat Islam
dan Hindu yang berada diwilayah tersebut dapat hidup berdampingan.
Konflik
Khasmir terjadi setelah Inggris meninggalkan Asia Selatan dengan meninggalkan
India-Pakistan serta wilayah abu-abu yaitu Khasmir. Dan pada tahun 1947 itu pla
lah terjadi perang pertama antara India-Pakistan untuk memperebutkan Khasmir.
Secara kepentingan India, stabilitas kawasan Khasmir dapat mempengaruhi dua
hal, yaitu politik domestiknya dan juga hubungan bilateralnya dengan
negara-negara sekitar seperti Pakistan dan China. Kekacauan yang terjadi di
Khasmir dapat mempengaruhi sekularisme India, maka tidak heran jika isu Khasmir
sangat menarik untuk diangkat oleh para elit dalam politik India.
Bagi
kepentingan Pakistan sendiri, Khasmir merupakan jantung dari perekonomian dan
pertanian yang ada diPakistan. Dimana sumber mata air yang mengaliri
sungai-sungai di Pakistan berasal dari wilayah Khasmir. Maka tidak heran jika
Pakistan berusaha mati-matian untuk tetap bisa menjadi bagian dari Pakistan.
Jika wilayah Khasmir berhasilo dikuasai oleh pihak lain, maka Pakistan
memprediksi akan terjadi instabilitas baik segi ekonomi dan politik dalam negri
Pakistan dan dapat berujung pada ancaman keamanan serta kesejahteraan rakyat
Pakistan.
Maka
tidak heran dalam konflik yang beberapa kali meletus antara India-Pakistan
terkait persengketaan Khasmir menjadi isu penting bagi kedua negara, mengingat
ada kepentingan yang dibawa oleh masing-masing negara untuk dapat menguasai
wilayah tersebut.
Daftar Pustaka
Situs Internet
http://www.commongroundnews.org/article. Ershad Mahmud “Masyarakat Muslim yang kurang
dikenal” dan ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews).
http://www.commongroundnews.org/article. Riyaz Wani
adalah seorang jurnalis asal Kashmir yang bekerja untuk harian terkemuka India, The Indian Express. Artikel ini
ditulis untuk Kantor Berita Common Ground. 19 Februari 2010 (CGNews).
http://www.indiandefence.com/forums/indian-defence-industry/17377-pakistan-defeated-india-1948-1965-kargil-war-kafirinfidel.html.
Diakses tanggal 30 Deseber 2012
http://www.wsws.org/en/articles/1999/05/kash-m28.html.“A Dangerous Confrontation
between India and pakistan”. Oleh Keith Jones dan Peter Symonds 28
Mei 1999.Diakses tanggal 30 Desember 2012.
http://www.sejarah.indah.web.id/2011/07/konflik-kashmir.html.
Diakses tanggal 30 Desember 2012.
Artikel
Mushahid
Hussain. Pildat, Breafing Paper for Pakistani Parliamentarians. Pakistan-India
relations the conflicted relationship. Pakistan Institute of Legislative
Development and Transparancy. June 2003.
Pakistan
relations With India: Beyond Kashmir. Asia report 3 May 2012. International
Crisis Group Working to Prevent Conflict Worldwide.
Dewi,
Ita Mutia, Dilema masalah kashmir dalam kerangka hubungan India-Pakistan,
Mozaik vol. 1. N0. 1, juli 2006.
Buku
T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem
Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002.
Mansbach. W. Richard & Kristen L. Rafferty,
Introduction to Global Politics, Nusa Media, Bandung 2012.
Steans, Jill & lloyd Pettiford, Hubungan
Internasional Perspektif dan Tema, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2009.
Maso’ed,
Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3S
Jemadu,
Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.
[1] Haryo Prasodjo adalah mahasiswa
aktif program studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.
[2]
http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2009-02-28/
freedom-movement-vande-mataram-lecture-series. Diakses tanggal 30 Desember
2012.
[3]
http://www.history.com/this-day-in-history/india-and-pakistan-win-independence Diakses tanggal 30 Desember 2012.
[4] http://www.indiandefence.com/forums/indian-defence-industry/17377-pakistan-defeated-india-1948-1965-kargil-war-kafirinfidel.html. Diakses tanggal 30 Deseber 2012
[6] http://www.wsws.org/en/articles/1999/05/kash-m28.html. “A Dangerous Confrontation between India and pakistan”. Oleh Keith Jones dan Peter Symonds 28 Mei 1999.Diakses tanggal 30 Desember 2012.
[7] Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik.
Graha Ilmu: Yogyakarta.
[8]
T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem
Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, hal 116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar